Cinta Tak Pernah Usang
Cerpen Cinta
"Brakk” lagi-lagi buku itu harus terhempas ke lantai krn jadi sasaran kemarahanku. “aku tidak mau diatur-atur oleh orang lain!!” teriakku dengan kerasnya. “mbak hanya ingin yang terbaik buat kamu Ais” sahut mbak nina denga lembutnya. “terbaik apa, mbak sudah tau kalau kemampuanku tidak menjangkau itu knapa mbak menyuruhku mengambil jurusan yang aku tidak sanggup, skarang mbak nina tahu aku benar-benar tidak diterima di jurusan dan PTN itu dan kejadian ini gak hanya seekali, mbak nina masih ingat waktu aku keterima di jurusan yang sangat aku cita-citakan tapi apa yang mbak nina lakukan???mbak nina justru menyuruhku meninggalkan jurusan itu dan lagi-lagi aku harus menuruti keinginan mengambil jurusan yang mbak nina inginkan. sungguh aku benar-benar tidak tahu jalan fikiran mbak, aku kecewa sama mbak nina!!!”. Kataku penuh emosi sambil berlalu meninggalkan mbak nina.
Hari-hari kulalui begitu menyedihkan 3 PTN yang sudah ku coba untuk aku pilih gagal dan orang yang paling aku persalahkan adalah kakaku. Dengan bercucuran air mata aku berpamitan sama ibu untuk pergi ke kota meski aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan disana nanti. Ibu memandangiku dengan pandangan ksong dan raut muka sedih dan mungkin juga penyesalan karena tidak bisa berbuat banyak untuk aku. Aku gontai meninggalkan desaku tercinta pergi menyusuri kota metropolitan dengan harapan mengisi waktu luangku selama satu tahun sebelum aku mengikuti tes PTN untuk tahun berikutnya. Aku banar-benar berazzam untuk lepas dari dominasi kakakku yang aku anggap otoriter itu. Sesampai di kota metropolitan itupun aku tak menemukan seorangpun yang aku kenal untuk aku mintai pertolongan, lagi-lagi hanya ada 1 orang yang aku kenal di kota metropolis itu ya dia adalah kakakku, karena kebetulan kakakku juga kuliah di PTN kota tersebut. Aku benar-benar tidak punya pilihan lain lagi-lagi aku harus ketemu miss otoriter itu. Dengan rasa gengsi terpaksa aku menerima penawaran kakaku untuk tinggal di kontrakannya.
Hari-hari aku jalani di kota metropolitan dengan tanpa gairah, lagi-lagi atas suruhan kakaku aku di suruh kerja dulu 3 bulan kemudian ikut bimbingan balajar akupun menurut karena aku sudah tahu watak kakakku. Aku benar-benar merasa seperti kerbau dicocol hidungnya waktu dihadapkan pada keputusan kakaku.
Hampir setahun sudah aku aku menjalani kehidupan di kota metropolis itu, segala duka dan bahagia telah aku rasakan, aku punya banyak teman, hingga suatu saat aku bertemu dengan sosok yang menarik hatiku, dia perhatian, baik, dan tentu saja seorang yang berpendidikan dia selalu membantuku, mengajariku soal-soal tes masuk PTN, memotivasiku untuk tidak menyerah dengan keadaan ya dia adalah Niko. Sampai pada suatu ketika ada getaran-getaran aneh dalam hatiku, ya aku jatuh hati dengannya. Mungkin karena masih belum ada yang mengisi ruang kosong dalam hatiku sehingga begitu cepat aku jatuh cinta padanya apalagi dengan sinyal-sinyal kuat yang diberikan. Hampir 1 bulan hbungan tanpa status itu terjalin hingga suatu hari aku mendengar kabar yang sangat mengejutkan bahwa laki-laki itu adalah teman satu kelas mbak.nina, Seperti detektif aku mengintai setiap pembicaraan teman-teman kontrakan mbak nina, mencari tahu apa kedekatanku sama Nino sudah tercium oleh mereka??kalau memang telah tercium tamtlah riwayatku karena teman-teman kontrakan mbak.nina terkenal anti pacaran. Dugaanku benar, Berita kedekatanku dengan niko sudah terdengar oleh kakakku hingga suatu hari aku mendengar pembicaraan kakakku denga teman-teman kontrakannya untuk tidak memberi aku celah sedikitpun untuk bertemu sama Niko. Aku benar-benar geram dengan kakaku “sampai kapan aku berada dalam dominasi kakakku!!”gumamku sambil melangkah ke kamar.
“Dek, hati-hati lho dengan virus merah jambu semua bisa jadi kacau karea virus itu, adik masih punya taggungan belajar agar berhasil dalam UMPTN nanti”.tegur teman kontrakan kakaku. Dengan tersipu malu”hehe…iya mbak” benar juga ucapan mabk itu. Tapi tetep aja sebel psti itu karena dominasi kakaku. Apa-apa pasti dilarang sebel banget. Benar-Benar mereka menjalankan misinya mreka selalu mengikutiku kemanapunaku pergi bahkan ketika aku menerima tel selalu ada yang komentar. Mereka benar-benar tidak memberi celah aku sedikitpun untuk ketemu dengan tema spesialku itu. Dalam keheningan di kontrakan aku melampiaskan kemarahanku “Maksudnya mbak apa menyuruh teman-teman mbak untuk mengawasi aku?” aku tidak ingin adikku terjerumus”. Mbak nina terlalu ikut campur dalam kehidupanku!!”. “terserah kamu mau bilang kakak seperti apa kakak hanya ingin yang terbaik buat kamu!! “ingin yang terbaik buat aku??bullsit…kakak tidak suka melihat aku bahagia!kakak iri kalau aku berhasil!aku benci kakak!!!!kakak berlau dari hadapanku dengan muka muram tapi biarlah aku merasa puas jika kakak sakit hati.
Kedongkolanku terhadap kakaku semakin menjadi-jadi tapi aku melihat dari raut wajah kakaku tidak ada sama sekali kesan dongkol terhadapku itu justru yang membuat aku semakin dongkol. Pada suatu ketika aku tidak bisa memendam kerinduanku pada Niko, Dengan segala upaya aku mengaburkan pandangan kakakku sama teman-temannya hingga sehabis maghrib aku berhasil menyelinap keluar untuk menemui Niko. Padahal waktu itu adal UMPTN kurang 2 bulan, entahlah aku merasa seperti orang kesurupan aku benar-benar merasa sudah kehilangan kendali, aku selalu melakukan berbagai upaya untuk bisa menemuinya, aku merasa bahagia, damai berada didekatnya meski aku tau dia bukan siapa-siapa bagiku. Pertemuan itu akhirnya terjadi di taman sebuah PTN di surabaya. Keadaan sepi, orang sudah jarang lewat, hingga suatu ketika niko berusaha mengambil ksempatan untuk menciumku tiba-tiba Gubrakkk……aku benar-benar mau pinsan..” Astaghfirullah…….dek Ais sedang ngapain di tempat yang sepi kayak gini???tegur mbak aning dengan suara lembut.”a..a..a..a..aku lagi main-main mbak refreshing fikiranku sumpek. Jawabku dengan tergagap “itu siapa?” “temanku mbak” “Ayo pulang gak baik cewek main-main di tempat yang sepi malam-malam lagi” kata mbak aning sambil menggandengku pulang. Aku benar-benar kehilangan muka di depan teman-temannya mbak Nina. Diam-diam dalam hatiku aku salut sama mbak-mbak yang ada dikontrakan itu, mereka cantik-cantik, alim-alim udah gitu pinter-piter. Aku jadi merasa hina banget di depan mereka.
Waktu yang tinggal 2 bulan itu aku manfaatkan sebaik-baiknya, aku ingin menggapai cita-citaku. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk melupakan Niko aku sadar dia bukan apa-apaku dan aku tidak berhak atasnya. Mba.nina selalu menjenguk kamarku waktu akan tidur sambil berucap “keberhasilan tidak akan bisa dicapai tanpa kerja keras dan pengorbanan”. Kata-kata itu yang membuatku selalu terngiang-ngiang karena kata-kata itu diucapkan hampir setiap hari. Namun aku tidak tahu aku selalu ragu denga kemampuanku bahkan ketika tes UMPTN itu akan datang. Aku sudah belajar, aku sudah ikut bimbingan tapi kenapa hatiku tidak bisa mantap.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga kau telah memutuskan mengambil Universitas nan jauh diseberang tanpa sepengetahuan kakaku karena kau benar-benar sudah bertekad untuk hidup jauh dari kakaku, agar aku tidak di atur-aur lagi. Bismillah aku melangkahkan kaki mengikuti UMPTN Smoga Alloh memberikan yang terbaik. Dering sms terdengar dari ponselku “selamat menempuh UMPT smoga medapatkan yang terbaik” sms yang tidak aku harapkan ya sms dari TTMku, Niko
Sebulan telah berlalu dalam ketegangan, sekarang sudah lega aku keterima di universias nan jauh disana, meski sedikit kecewa karena tidak bisa meraih mimpi untuk kuliah di kedokteran namun aku lega bisa jauh dari kakaku yang otoriter, bebas dari tirani pendiktean. Meski aku juga sangat berat meninggalkan kontrakan mungil itu. Kontrakan yang penuh kenangan dan perjuangan.
Aku bersiap-siap menuju kampus baruku dengan diantar oleh kakaku,aku tidak mengucapkan sepatah katapun kepada mbakku karena hatiku masih dongkol, aku meliahat di wajah kakak ada perasaan khawatir waktu melepaskan aku nan jauh disana. Aku juga tidak mendapatkan dana sepeserpun dari mbak. Aku yakin kakaku sedang kesulitan keuangan jadi aku tidak pernah meminta kakaku, aku hidup dari sisa tabunganku waktu SMA dulu.
Telah hampir 3 tahun lamanya aku hidup di perantauan tanpa sudi untuk tahu kabar keluargaku disana, egois!!mungkin. tapi inilah tabiatku aku adalah orang yang ga’ suka diatur dan aku adalah orang yang begitu berperasaan hingga sedikit orang melukai hatiku aku langsung akan bereaksi bahkan luka-luka itu akan sangat sulit untuk disembuhkan. Sekian lama hidup dalam perantauan dengan leluasa aku mengendalikan diriku sendiri tanpa ada satupun orang yang berhak untuk mengatur-ngatur dirikku, aku telah membuktikan segalanya aku telah menjdi orang sukses secar materi, aku bisa beli motor dengan uangku sendiri, aku bisa beli laptop dengan uangku sendiri dan masih banyak keberhasilan-keberhasilan materi yang bisa aku capai.
Semakin banyak hal yang aku capai, batinku semakin menderita, meski aku berusaha untuk tetap ceria, senyum, dan berbangga diri dengan prestasi-prestasiku namun ada hal yang tidak bisa aku bohongi ya!hati nurani terdalamku. Aku banar-benar merasa sudah jatuh, aku merasa menjadi hina, batinku tersiksa. Aku merasa semua yang aku dapatkan terasa hampa. Aku down, aku benci dengan diriku sendiri. Aku hanya bisa mengurng diri dalam kamar. Hingga suatu ketika ada seorang teman yang taka sing lagi bagiku. “Ais sedang ada masalah?”sapanya lembut. Namun aku sudah trelanjur down, aku sedang tidak ingin mendengar dan didengar aku hanya ingin sendiri, sendiri dan sendiri. “masalah tidak akan selesai dengan kamu mengurung diri dalam kamar, kamu sudah dewasa ubah mindset kamu, jangan pernah merasa sendiri, kamu punya keluarga, punya saudara, dan punya teman yang bisa kamu ajak berbagi” kata-kata terakhir sembari meninggalkan diriku sendiri. Air mataku semakin deras aku ingat semua keluargaku, aku rindu dengan mereka…….
Temanku telah membawa aku ke suatu tempat yang indah, tempat yang penuh denga bunga-bunga yang elok, taman yang anggun, taman yang penuh dengan cahaya, dan tempat yang akan membuat orang lain ingin menikmati indahnya jalan itu. Hingga suatu ketika aku memutuskan untuk pulang menjenguk keluarga,. Menjenguk kakaku yang dulu adalah orang yang sangat aku benci namun kini menjadi seseorang yang sangat aku cintai.
Di Rumah itu tak ada yang berubah, mungkin hanya beberapa pepohonan bersemi karena musim penghujan. “Ibu…..”aku memeluk ibu erat-erat keadaannya berbeda dengan 3 tahun yang lalu. Kini ibu sudah berubah badannya nampak kurus, disekitar rumah aku amati dengan sekasama tampak sepi, mana adik-adikku???mana kakakku???mana ayah???aku mulai gugup. “ibu, mana adik,kakak,ayah??”tanyaku terbata-bata. “Banyak sekali kejadian yang telah engkau lewatkan selama engkau pergi, adikmu telah kuliah di salah satu PTN Yogyakarta, mabkmu sudah menikah dengan orang NTT sebenarnya mbakmu tidak mau tapi ibu yang memaksa karena mbakmu usianya sudah 28, cukup tua untuk seorang perempuan. ibu menyuruh mbakmu berhenti memikirkan adik-adiknya sudah cukup, sudah saatnya dia memikirkan dirinya sendiri. tetangga juga banyak yang membicarakan mbakmu, mbakmu dibilang perawan tua. Sekarang mbakmu ikut mas iparmu ke NTT sudah hampir setahun mbakmu gak ngasih kabar. Bapakmu pergi kerja di Jakarta untuk membiayai kuliah adikmu. “Oya ada titipan dari mabakmu” kata ibu sambil berjalan menuju kamar, dibukanya bungkusan Koran tersebut, aku terkejut ada dua kebaya yang sangat bagus “pesen mbakmu itu disuruh make’ waktu kamu wisuda kebaya satunya disuruh make’ waktu kamu nikah dia juga berpesan kalo kamu udah lulus disuruh segera nikah jangan terlalu lama melajang
Aku memegang kebaya itu dengan air mata yang tak bisa kubendung, disaat-saat terakhir dia meninggalkan rumah dia masih memikirkan aku, memikirkan masa depanku padahal selama ini hatiku sudah tetutup untuk mbakku aku sudah terlalu muak dengan kediktatorannya. Tiba-tiba ponsel butut punya ibu di Atas TV berdering ibu segera menghampiri ponselnya “tiba-tiba ibu berteriak innalillahiwainnalillahiroji’un sambil bersimpuh disamping televise,mabkmu nduk…mbakmu kecelakaan dan meninggal sama bayinya yang masih usian 6 bulan dalam kandungan” kata ibu terbata-bata. Hatiku terkesiap rasanya ingin menjerit namun suara ini sudah tersangkut dikerongkongan, aku terdiam seperti patung tubuh ini rasanya kaku. Kenapa baru sekarang aku menyadari kalau mbakku mencintaiku tanpa syarat, kenapa baru disaat terakhir aku baru bisa merasakan belai kasih sayang mbak nina yang tiada pernah usang. Masih pantaskah aku dimaafkan??? Mbak nina aku rindu kediktatoranmu. Hanya satu kata yang ingin ku ucakan saat ini. ya Aku menyesal!!!penyesalan yang teramat dalam…..
0 komentar:
Post a Comment