Lirik Lagu Band Atau Penyanyi Musisi Indonesia Berdasarkan Huruf Abjad
0-9 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

Kisah Sebuah Nama

Kisah Sebuah Nama
Cerpen Cinta

Tertegun aku memandang sosok wanita setengah baya di seberang ruangan yang tengah asyik berkutat memainkan jemari di atas keyboardnya.Ya…satu kebiasaan yang selalu ia lakukan di tiap senggang waktunya ketika lelah menghampirinya.Kesibukannya berkarir tidak pernah menyurutkan hasratnya untuk tetap menuangkan ide khayalnya menjadi sebuah epik yang sungguh menarik.Kulangkahkan kakiku dengan perlahan mendekat,berharap dia tidak menyadari akan kehadiranku.
Cmmuaach…ku kecup lembut pipinya sembari memeluknya erat.Dia hanya bisa tersenyum kecil sambil mencubit hidungku.
“Koq gak kaget sich Bund..?Ih Bunda ngintip ya..curang ahh”sergahku masih bergelayut manja di pundaknya.
“hehe..Bunda selalu tau dan bisa merasakan kehadiran kamu sayang…”
“Mang bisa Bund..?koq bisa gitu?”
“bisa dong..coz u’re my sweet heart,my honey..” Ah mata bunda selalu berbinar tiap mengucap kata-kata terakhir.Ditutupnya layar kecil di atas bantalan persegi orange sambil kuikuti geraknya melangkah ke sofa yang tak jauh dari kami.
“nih manja koq ya gak ukur waktu toh,ckck..gmn ntar klo punya anak sayang,masak masih jg kayak gini”jemarinya yang lembut kini membelai rambutku dengan hangat.
“gak akan pernah berubah Bunda coz berada di pangkuan Bunda kayak gini adalah hal ternyaman dalam hidupku.This is the real paradise Bund..”
“aduh..mulai kapan gadis bunda ini beromantis ria he?”tawanya ringan,ada sorot warna yang lain di bola matanya.Kilau yang berubah jadi semu.
“Sepi banget nich,tumben…pada kemana?”
“Kakak kamu baru aja nganter papa.mama Lia telpon kalo Radit jatuh dari tangga”
“trus adek gak papa kan?”
“Alhamdulillah..Cuma memar sedikit aja”.
“Kasihan adek..koq mama gak ikut?”
“Tadi kebetulan ada tamu,oh ya besok kita kesana yuk sayang..mmm sambil bawa pudding kesukaan Radit”
“Siip Boss!”
“Proposal magangnya tadi gimana,dapat approve sayang?”
“Yo’i...siapa dulu Bundanya”
“bisa aja kamu!”
“auhh..sakit Bunda..pelanin dikit dong nyubitnya.pake ketawa lagi..sebel ihh!”
“Minggu depan mulai magangnya.Bunda tau gak..Bosnya tadi baik banget dah gitu ganteng lagi.Kayak dah kenal lama banget..dia muji Bunda segala lho”
“hihihi..ada-ada aja.Belom kenal koq bisa muji”
“Eh iya…gak percaya,katanya dia suka banget nama aku,Feira”.
“Oh iya…?”
“Dia bilang pasti nama itu sangat bersejarah bagi Bunda”.
Kulihat tiba-tiba riak mukanya berubah.Matanya menerawang jauh..mencoba menemukan sesuatu.
“memang benar..”jawabnya sambil memandang wajahku sayu.
“Nama itu begitu special bagi Bunda…”
Ada mendung di sudut matanya kini.
“Feira…,my sweet heart…my honey”Dikecup lembut kening dan kedua bola mataku.Ada cinta yang begitu besar di sana.jauh tersimpan rapat.

“klo diijinin,Bunda pingin nama Ayah bisa menjadi nama anakku kelak…jangan tanya alasannya mengapa.Ma’af jika permintaanku ini terlalu berlebihan…”sending message.
Lama kunanti balasan darinya,padahal baru beberapa menit yang lalu kami berbincang cukup lama.Tetapi kenapa rindu ini kembali menggelayuti batinku.Beribu prasangka datang atas sikapnya yang tak kunjung menjawab tanyaku.Ah..pasti dia tidak memperbolehkan keinginanku ini,atau dia memang masih sibuk mengerjakan laporannya yang harus kelar esok pagi.
Ada yang bergetar di samping bantalku.
“Tentu Bunda…dengan rasa bangga..cmmuah.Luv you so much my sweet heart”.
Ahh betapa bahagianya aku..puji syukur tak henti ku panjatkan kepadaNYA.beberapa detik kemudian kamipun berbincang lagi,Saling mengungkapkan kerinduan yang begitu dalam.Menutup malam larut kami dengan kecupan mesra.

“Cerita dong Bund…”pintaku merajuk dengan mimik semelas mungkin.Kulihat dia menarik napas begitu dalam.
“Feira…”
Kusimak dengan cermat tiap kata yang mengalir dari bibirnya.Alur cerita dari kepingan hatinya di masa lalu.Sebuah rahasia dibalik nama kami,anak-anaknya.
Baru ku ketahui bahwa nama kami begitu berarti baginya,nama dari seseorang yang amat sangat ia cintai saat itu,saat sekarang dan yang akan datang.Ada rona bahagia terpancar begitu jelas di sana saat ia menceritakan sosok “semu” itu.Bagaimana hari-harinya begitu berwarna kala cinta mulai menyeruak di hati mereka.Binar yang hanya kutemui ketika dia mengecup dan memanggil nama kesayangan kami.Kausal yang menggambarkan dengan gamblang mengapa dia begitu menolak memanggilkan “ayah” untuk kami kepada seseorang yang sudah mendampinginya selama 24 tahun ini.Satu padu padan yang begitu serasi dengan sebutan Bunda yang melekat padanya.Karena baginya hanya ada satu “ayah” yang telah hidup di hatinya,tak ada yang bisa menggantikannya.Ku pahami dengan pasti kini alasan dibalik ketegarannya menerima kehadiran mama baru di kehidupan kami,yang saat itu begitu sulit untuk kami mengerti.Tidak hanya membukakan pintu rumah kami,tapi juga meyakinkan hati kami para anaknya bahwa kehadirannya adalah anugerah bagi kami.Tidak pernah sedikitpun kulihat ada luka tersirat saat sang suami menghabiskan waktunya bersama keluarga barunya.Tak ada yang berubah sedikitpun,kondisi kami tetap harmonis penuh cinta dan kehangatan malah semakin berwarna.Inikah dewi yang sesungguhnya?batin kami memekik.oh..inikah alasanmu Bunda..engkau tidak ingin mematikan benih cinta mereka yang tengah mekar dan bersemi.Cinta yang bagi sebagian orang terlarang.Hanya semata tak ingin mereka merasakan kepedihan yang pernah engkau rasakan dulu.Tiba-tiba pipiku terasa hangat,bulir-bulir air matanya tak tertahankan lagi.Mendung itu telah pecah menjadi gerimis.
“Siapa namanya Bunda..?”
“Arief…seperti nama kakak kamu,dan namamu juga jika dibaca terbalik sayang”.Terbata dia menyebut nama kekasih jiwanya itu.
Kutegakkan tubuhku dan memeluknya erat.Mencoba merasakan pedih hatinya kini yang telah menyimpan cinta tak bertuan begitu lama.Cinta yang tak mengenal batas ruang dan waktu.Cinta tulus yang harus ia bawa pergi menjauh hanya untuk melihat seseorang itu tetap bahagia dalam posisinya.Cinta yang tetap bersemi indah hingga kini.Cinta yang penuh kerinduan.Kerinduan yang ia tuang melalui nama kami,kecupan kami dan bola mata kami.Kerinduan untuk suara yang selalu memanggilnya dengan sebutan Bunda,my sweet heart,my honey.
“Luv you so much,honey..”katanya pelan menutup ciumannya di kedua pipiku.
“Me too,Bund..”Pelukku tak kuasa menahan haru.




http://reza-unimal.blogspot.com

Bookmark and Share it:

0 komentar:

Post a Comment